Hatiku, mengapa Kau selalu menyakitiku?
Membiarkanku terluka dalam kesunyianku
Tak tahukah Kau dalamnya luka yang telah kau tancapkan?
Kau berikan racun dalam air cawan yang kuminum
Yang Kau sendiri pun tak punya penawarnya
Hatiku, tak tahukah Kau?
Aku sangat menderita karenamu
Kau berikan sepenuhnya dirimu padanya
Yang Dia sendiri pun tak pernah menerima kehadiranmu
Dan bahkan pikiran ku sendiri menyangkal keputusanmu
Dengarkan Aku, wahai hatiku !
Jangan Kau lakukan kesalahan yang sama padaku
Dengarkan kebijakan pikiran yang menuntunmu
Dan naluri serta logika yang jadi petuahmu
Tapi mengapa Kau selalu berpaling dengan alasan yang sama padaku :
”Bukankah cinta sejati hadir dari dalam hati?”
Tak sadarkah kau, wahai hatiku ?
Kesedihanmu adalah kesedihanku
Dan kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku
Tapi mengapa selalu Kau tawarkan kesedihan padaku
Bukankah itu juga akan menyakitimu?
Tolonglah Aku, wahai hatiku !
Tak bisakah Kau memilih wanita yang kiranya sepadan untukku
Yang mampu menerimaku apa adanya
Yang menjadikan kekuranganku sebagai kelebihan baginya
Tanpa Kau harus melihat paras cantiknya
Dan elok tubuhnya
Karena semuanya itu hanya semu & sementara
Lihatlah hatinya & kesesuaian jiwa kami, wahai hatiku !
Mengapa Kau selalu membebaniku, hatiku ?
Membebaniku dengan cinta yang tak pernah bisa kumiliki
Tak cukupkah dengan duka yang telah lalu ?
Tataplah Aku & dengarkan ini, hatiku ! :
”Aku terlepas darinya bukan untuk menghindarinya
Tapi untuk membiarkannya bahagia dengan kebahagiaannya
Aku terdiam darinya bukan untuk lari & menjauh darinya
Tapi untuk memerdekakan dirimu, wahai hatiku
Kesesuaian jiwa, itu yang tak Dia dapat dariku
Tak ada cinta yang dapat Dia berikan untukku
Tapi biarkan Aku tetap mencintainya dengan serpihanmu (hatiku) yang telah hancur”
Cahaya lilin itu tak lagi terang, memudar, namun tak juga padam
Aku menunggu angin utara datang merengkuhku
Membawaku pada kekasih hatiku
Yang kan menjadikan terang kembali cahaya lilin itu
Hatiku telah terkubur pasti, namun tak dalam, hanya permukaan
Dan Aku menanti sentuhan angin selatan yang lebih lembut
Membelaiku & mengantarku pada belahan jiwaku
Yang kan menggali kembali kuburan hatiku
Mengambilnya & menempatkannya di dalam relung hatinya
NB: puisi ini gw tulis berdasarkan pengalaman pribadi gw, ketika kita mencintai seseorang namun cinta itu akhirnya bertepuk sebelah tangan, janganlah kita menyalahkan & akhirnya membenci seseorang tersebut, karena cinta itu datang begitu saja dari hati dan tidak terduga datangnya. Biarkan dia berbahagia dengan pilihannya sendiri, yg lebih dapat membahagiakannya daripada ketika bersama kita. Mungkin dia bukan jodoh kita & Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Inspirasinya dari puisi Gibran yang berjudul "Kasihanilah aku, jiwaku"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar