Selasa, 07 Oktober 2008

Aku, Kau [hatiku] dan Dia [wanita yang Kau pilih]

Hatiku, mengapa Kau selalu menyakitiku?

Membiarkanku terluka dalam kesunyianku

Tak tahukah Kau dalamnya luka yang telah kau tancapkan?

Kau berikan racun dalam air cawan yang kuminum

Yang Kau sendiri pun tak punya penawarnya


Hatiku, tak tahukah Kau?

Aku sangat menderita karenamu

Kau berikan sepenuhnya dirimu padanya

Yang Dia sendiri pun tak pernah menerima kehadiranmu

Dan bahkan pikiran ku sendiri menyangkal keputusanmu


Dengarkan Aku, wahai hatiku !

Jangan Kau lakukan kesalahan yang sama padaku

Dengarkan kebijakan pikiran yang menuntunmu

Dan naluri serta logika yang jadi petuahmu

Tapi mengapa Kau selalu berpaling dengan alasan yang sama padaku :

”Bukankah cinta sejati hadir dari dalam hati?”


Tak sadarkah kau, wahai hatiku ?

Kesedihanmu adalah kesedihanku

Dan kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku

Tapi mengapa selalu Kau tawarkan kesedihan padaku

Bukankah itu juga akan menyakitimu?


Tolonglah Aku, wahai hatiku !

Tak bisakah Kau memilih wanita yang kiranya sepadan untukku

Yang mampu menerimaku apa adanya

Yang menjadikan kekuranganku sebagai kelebihan baginya

Tanpa Kau harus melihat paras cantiknya

Dan elok tubuhnya

Karena semuanya itu hanya semu & sementara

Lihatlah hatinya & kesesuaian jiwa kami, wahai hatiku !


Mengapa Kau selalu membebaniku, hatiku ?

Membebaniku dengan cinta yang tak pernah bisa kumiliki

Tak cukupkah dengan duka yang telah lalu ?


Tataplah Aku & dengarkan ini, hatiku ! :

”Aku terlepas darinya bukan untuk menghindarinya

Tapi untuk membiarkannya bahagia dengan kebahagiaannya

Aku terdiam darinya bukan untuk lari & menjauh darinya

Tapi untuk memerdekakan dirimu, wahai hatiku

Kesesuaian jiwa, itu yang tak Dia dapat dariku

Tak ada cinta yang dapat Dia berikan untukku

Tapi biarkan Aku tetap mencintainya dengan serpihanmu (hatiku) yang telah hancur”


Cahaya lilin itu tak lagi terang, memudar, namun tak juga padam

Aku menunggu angin utara datang merengkuhku

Membawaku pada kekasih hatiku

Yang kan menjadikan terang kembali cahaya lilin itu

Hatiku telah terkubur pasti, namun tak dalam, hanya permukaan

Dan Aku menanti sentuhan angin selatan yang lebih lembut

Membelaiku & mengantarku pada belahan jiwaku

Yang kan menggali kembali kuburan hatiku

Mengambilnya & menempatkannya di dalam relung hatinya


NB: puisi ini gw tulis berdasarkan pengalaman pribadi gw, ketika kita mencintai seseorang namun cinta itu akhirnya bertepuk sebelah tangan, janganlah kita menyalahkan & akhirnya membenci seseorang tersebut, karena cinta itu datang begitu saja dari hati dan tidak terduga datangnya. Biarkan dia berbahagia dengan pilihannya sendiri, yg lebih dapat membahagiakannya daripada ketika bersama kita. Mungkin dia bukan jodoh kita & Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Inspirasinya dari puisi Gibran yang berjudul "Kasihanilah aku, jiwaku"

Tidak ada komentar: